Kuliah di
timur tengah adalah keinginanku dari dahulu waktu madrasah aliyah. Tidak mau
tahu apa Negara yang saya tuju, yang penting adalah bisa ke luar negeri. Waktu
itu mimpi seorang anak desa mungkin bisa di bilang gayuh bintang di langit.
Kenapa? Karena setahu saya orang desa tidak ada yang bisa kuliah ke luar
provinsi,apalagi sampai ke luar negeri. Hanya mimpi.
Alhamdulillah
mimpi itu sekarang terwujud. Terwujud dengan bisa kuliah di Maroko. Seperti
yang kita ketahui bersama maroko adalah Negara kecil di ujung utara benua
afrika. Walaupun kecil Negara ini meliki keunikan yang tidak bisa habis untuk
dikupas. Dikupas dalam artian di urai didalam satu naskah atau bahkan buku
sekalipun.
Di sini saya
mencoba menguraikan satu acara yang unik di negeri seribu benteng,yaitu
tahlilan. Aku menyebutnya tahlilan kenapa? Karena kebanyakan bacaan yang dibaca
didalam acara ini mirip dengan tahlilan Indonesia. Walaupun ada juga
tambahan-tambahan yang tidak ada dan termaktub dalam kaidah pentahlilan Indonesia.
Hari itu
hari yang bahagia bagi saya, dan mungkin juga bagi teman-teman serumahku. Bahagia
yang pertama adalah aku terbebas masak malam,dan bahagia yang kedua adalah aku
bisa makan gratis sekaligus mengetahui bagaimana acara di maroko. Hari itu kami
diundang tuan rumah untuk menghadiri haul dirumahnya , beliau bilang acara di
mulai pada waktu menjelang isya’ atau setelah magrib . Dengan senang hati kami
langsung mengiyakan undangan itu. Tanpa pikir panjang kami langsung mandi dan
bergegas-gegas dengan segera.
Kami bertiga
( saya,herdi,farid) tidak ingin mengecewakan tuan rumah dengan datang terlambat
di acara. Berangkatlah kami ke rumah sidi mustofa ( tuan rumah) pada sore hari.
Dengan taxi 10 dirham sampailah ke gang hay yang dituju. Gang yang indah dengan
pintu model maroko membuat kami serasa menjadi tamu istimewa dan hina. Istimewa
dalam artian sebagai tamunya sidi mustofa yang ajanib (baca : Bule) dan hina
sebagai orang bawahan beliau (baca: karena ngekos dirumahnya).
Adzan magrib
pun berkumandang ketika kami memasuki gang pintu tersebut. Tak pelak, kami pun
sholat dahulu di masjid yang sewilayah dengan tuan rumah. Pertama kali
pandangan saya terhadap masjid ini adalah heran. Heran karena kalau dilihat
dari luarnya seperti masjid ini jelek, tapi kalau dilihat dari dalamnya, behhh…
bagus sekali. Dan memang mungkin begitulah kebiasaan orang maroko, yang biasa
membuat bangunan dari luar tidak berarti namun dalamnya begitu indah dan
mempesona. Sepertinya ada filsafat yang berkata dalam diamnya bangunan itu
“melihat sesuatu itu jangan dari luarnya saja,tapi lihatlah dari dalamnya juga
(baca:akhlaq) “
Selesai sholat Alhamdulillah kami bertemu
dengan sidi mustofa. Langsung saja kami diantar menuju ke rumahnya yang memang
tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sekali lagi,rumahnya pun bisa dibilang biasa
apabila dibandingkan di Indonesia. Tidak ada taman yang menghiasi, atau halaman
yang luas ,dan cuma ada satu pohon jeruk lemau ,malah langsung berbatasan
dengan jalan. Saya berpikir,masak ini rumahnya tuan rumah yang katanya anaknya
ada di Prancis,Kanada, dan Spanyol?
Tercenganglah
saya begitu masuk kedalam rumah beliau, rumah yang dalamnya penuh dengan
ukiran,sofa yang berjejer dan tersusun rapi, tiga lantai dan yang tak kalah
juga senyuman sidah Rosyidah yang mempesona nan cantik .
Kami
langsung diantar ke lantai dua oleh sidi Mustofa dan langsung bertemu si Haj
(bapaknya beliau). Duduk di samping beliau yang sudah tua dan masih selalu
membawa tasbih. Tak khayal, perbincangan pun terjadi diantara kami bertiga
dengan si Haj. Pertama-tama mungkin kami bisa memahami beliau,tapi begitu
ngomongnya terlalu jauh saya sendiri gak faham sama sekali apa yang diucapkan
beliau. Beliau ngomong bahasa darijah maroko yang masih kentel dengan
prancisnya. Apalagi ketika beliau cerita tentang penjajahan prancis di negeri
ini, beehhh… walu (kata orang maroko artinya : nothing )
Sampai
menjelang isya’ acarayang kami tunggu-tunggu belum juga di mulai. Saya merasa
was-was ,jangan-jangan acara ini kelewat batas sampai tengah malam. Mana besok
ada ulangan semester dan tadi sebelum kesini belum makan lagi, satu kata yang
cocok buat perasaan kali itu kacau. Saya memang sengaja tidak makan soalnya
saya tahu bahwa porsinya orang arab kalau makan itu banyak, saya takut untuk
makan dahulu entar tidak bisa masuk makanan arab ke dalam perut ini.
Perasaan
yang terus menghantui itu akhirnya diatasi dengan dimulainya cara haul 1 tahun
wafatnya istri si Haj pada pukul 20:00 GMT. Saya yang dari tadi sangat
bersemangat untuk mengikuti acara lupa akan kelaparan yang sudah melanda itu.
Acara dimulai dengan pembacaan maulid (kitab Burdah) dengan nada yang sangat
khas sekali. Nada yang naik turun tidak jelas.
Walaupun
nadanya yang tidak jelas dan berbeda dengan Indonesia,saya sangat menyukainya.
Berlanjut ke pembacaan surat alFath,Arrohman,Alwaqiah, dan Tabarok (juz 29).
Pembacaannya disini tentu juga aneh, aneh karena bacanya yang putus-putus.
maksudnya adalah membaca kalimat-kalimat dari ayat quran itu dengan
disela-selai nafas. Sekali lagi saya heran.
Keheranan
itu akhirnya mengingatkan saya kepada pepatah Maroko yang bilang “ idza kunta
fil magrib fala tastagrib” yang artinya kurang lebih begini : “jika kamu di
Maroko maka jangan heranlah”.
Disela-sela
acara ini ada orang yang membagi-bagi chubbakiya(makanan manis khas maroko) ke
pembaca haul. Pandangn pertama saya adalah ke pembagi tersebut. Kenapa ? karena
mereka sangatah rapi,pakai jas, ganteng, dan gagah perkasa. Saya pikr, ini
orang kalau di Indonesia jadi bos bisnis mungkin.
Akhir dari
acara ini adalah pembacaan surat Alikhlas,Alfalaq,Annas,Alfatihah dan sebagian
Albaqarah berlanjut tahlil,tahmid,takbir dll. Serasa di Indonesia ketika
pembacaan ini dimulai. Cuma berbeda dari
segi nada pembacaannya dan orang yang hadir tidak begitu banyak. Kata orang
maroko, yang diundang acara begitu hanya orang-orang dekat. Saya merasa
ke-GR-an dah setelah dibilang begitu. Hehe
Setelah
acara pembacaan semua tahlil,alquran selesai, ada satu acara yang paling
kutunggu-tunggu,yaitu makan-makan. Mengenai makanan orang Arab , mereka kalau
makan ukurannya tidak tanggung-tanggung ( maksudnya alngsung ukuran XL
Jumbo,haha). Pertama yang keluar adalah Tajine daging kambing, berlanjut Ayam
dan tentu buah-buahan yang warna-warni ( apel,pisang,jeruk,strawberry dll)
Tidak terasa
waktu itu sudah menandakan pukul 23:30 GMT. Berarti saya tadi kelaparan lama
juga ya , tapi tidak mengapa lah karena rasa lapar itu tertindas oleh asyiknya
makan tahlil,surat alqur’an dll (baca : membaca). Dan memakan chubbakiya yang
paling tidak bisa mengganjal perut yang tadinya di iming-imingi langsung makan
besar diawal gak jadi. Alhasil semuanya alhamdulilah wasyukru lillah.
Akhir kata
,kita pulang dengan diantar sidi mustofa pakai mobilnya tanpa basa-basi .
sekian.
0 komentar:
Posting Komentar