Rabu, 09 Juli 2014

Tahlilan di Maroko



Kuliah di timur tengah adalah keinginanku dari dahulu waktu madrasah aliyah. Tidak mau tahu apa Negara yang saya tuju, yang penting adalah bisa ke luar negeri. Waktu itu mimpi seorang anak desa mungkin bisa di bilang gayuh bintang di langit. Kenapa? Karena setahu saya orang desa tidak ada yang bisa kuliah ke luar provinsi,apalagi sampai ke luar negeri. Hanya mimpi.

Alhamdulillah mimpi itu sekarang terwujud. Terwujud dengan bisa kuliah di Maroko. Seperti yang kita ketahui bersama maroko adalah Negara kecil di ujung utara benua afrika. Walaupun kecil Negara ini meliki keunikan yang tidak bisa habis untuk dikupas. Dikupas dalam artian di urai didalam satu naskah atau bahkan buku sekalipun.

Di sini saya mencoba menguraikan satu acara yang unik di negeri seribu benteng,yaitu tahlilan. Aku menyebutnya tahlilan kenapa? Karena kebanyakan bacaan yang dibaca didalam acara ini mirip dengan tahlilan Indonesia. Walaupun ada juga tambahan-tambahan yang tidak ada dan termaktub dalam kaidah pentahlilan Indonesia.


Hari itu hari yang bahagia bagi saya, dan mungkin juga bagi teman-teman serumahku. Bahagia yang pertama adalah aku terbebas masak malam,dan bahagia yang kedua adalah aku bisa makan gratis sekaligus mengetahui bagaimana acara di maroko. Hari itu kami diundang tuan rumah untuk menghadiri haul dirumahnya , beliau bilang acara di mulai pada waktu menjelang isya’ atau setelah magrib . Dengan senang hati kami langsung mengiyakan undangan itu. Tanpa pikir panjang kami langsung mandi dan bergegas-gegas dengan segera.

Kami bertiga ( saya,herdi,farid) tidak ingin mengecewakan tuan rumah dengan datang terlambat di acara. Berangkatlah kami ke rumah sidi mustofa ( tuan rumah) pada sore hari. Dengan taxi 10 dirham sampailah ke gang hay yang dituju. Gang yang indah dengan pintu model maroko membuat kami serasa menjadi tamu istimewa dan hina. Istimewa dalam artian sebagai tamunya sidi mustofa yang ajanib (baca : Bule) dan hina sebagai orang bawahan beliau (baca: karena ngekos dirumahnya).

Adzan magrib pun berkumandang ketika kami memasuki gang pintu tersebut. Tak pelak, kami pun sholat dahulu di masjid yang sewilayah dengan tuan rumah. Pertama kali pandangan saya terhadap masjid ini adalah heran. Heran karena kalau dilihat dari luarnya seperti masjid ini jelek, tapi kalau dilihat dari dalamnya, behhh… bagus sekali. Dan memang mungkin begitulah kebiasaan orang maroko, yang biasa membuat bangunan dari luar tidak berarti namun dalamnya begitu indah dan mempesona. Sepertinya ada filsafat yang berkata dalam diamnya bangunan itu “melihat sesuatu itu jangan dari luarnya saja,tapi lihatlah dari dalamnya juga (baca:akhlaq) “

 Selesai sholat Alhamdulillah kami bertemu dengan sidi mustofa. Langsung saja kami diantar menuju ke rumahnya yang memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sekali lagi,rumahnya pun bisa dibilang biasa apabila dibandingkan di Indonesia. Tidak ada taman yang menghiasi, atau halaman yang luas ,dan cuma ada satu pohon jeruk lemau ,malah langsung berbatasan dengan jalan. Saya berpikir,masak ini rumahnya tuan rumah yang katanya anaknya ada di Prancis,Kanada, dan Spanyol?

Tercenganglah saya begitu masuk kedalam rumah beliau, rumah yang dalamnya penuh dengan ukiran,sofa yang berjejer dan tersusun rapi, tiga lantai dan yang tak kalah juga senyuman sidah Rosyidah yang mempesona nan cantik .

Kami langsung diantar ke lantai dua oleh sidi Mustofa dan langsung bertemu si Haj (bapaknya beliau). Duduk di samping beliau yang sudah tua dan masih selalu membawa tasbih. Tak khayal, perbincangan pun terjadi diantara kami bertiga dengan si Haj. Pertama-tama mungkin kami bisa memahami beliau,tapi begitu ngomongnya terlalu jauh saya sendiri gak faham sama sekali apa yang diucapkan beliau. Beliau ngomong bahasa darijah maroko yang masih kentel dengan prancisnya. Apalagi ketika beliau cerita tentang penjajahan prancis di negeri ini, beehhh… walu (kata orang maroko artinya : nothing )

Sampai menjelang isya’ acarayang kami tunggu-tunggu belum juga di mulai. Saya merasa was-was ,jangan-jangan acara ini kelewat batas sampai tengah malam. Mana besok ada ulangan semester dan tadi sebelum kesini belum makan lagi, satu kata yang cocok buat perasaan kali itu kacau. Saya memang sengaja tidak makan soalnya saya tahu bahwa porsinya orang arab kalau makan itu banyak, saya takut untuk makan dahulu entar tidak bisa masuk makanan arab ke dalam perut ini.

Perasaan yang terus menghantui itu akhirnya diatasi dengan dimulainya cara haul 1 tahun wafatnya istri si Haj pada pukul 20:00 GMT. Saya yang dari tadi sangat bersemangat untuk mengikuti acara lupa akan kelaparan yang sudah melanda itu. Acara dimulai dengan pembacaan maulid (kitab Burdah) dengan nada yang sangat khas sekali. Nada yang naik turun tidak jelas.

Walaupun nadanya yang tidak jelas dan berbeda dengan Indonesia,saya sangat menyukainya. Berlanjut ke pembacaan surat alFath,Arrohman,Alwaqiah, dan Tabarok (juz 29). Pembacaannya disini tentu juga aneh, aneh karena bacanya yang putus-putus. maksudnya adalah membaca kalimat-kalimat dari ayat quran itu dengan disela-selai nafas. Sekali lagi saya heran.

Keheranan itu akhirnya mengingatkan saya kepada pepatah Maroko yang bilang “ idza kunta fil magrib fala tastagrib” yang artinya kurang lebih begini : “jika kamu di Maroko maka jangan heranlah”.

Disela-sela acara ini ada orang yang membagi-bagi chubbakiya(makanan manis khas maroko) ke pembaca haul. Pandangn pertama saya adalah ke pembagi tersebut. Kenapa ? karena mereka sangatah rapi,pakai jas, ganteng, dan gagah perkasa. Saya pikr, ini orang kalau di Indonesia jadi bos bisnis mungkin.

Akhir dari acara ini adalah pembacaan surat Alikhlas,Alfalaq,Annas,Alfatihah dan sebagian Albaqarah berlanjut tahlil,tahmid,takbir dll. Serasa di Indonesia ketika pembacaan ini dimulai.  Cuma berbeda dari segi nada pembacaannya dan orang yang hadir tidak begitu banyak. Kata orang maroko, yang diundang acara begitu hanya orang-orang dekat. Saya merasa ke-GR-an dah setelah dibilang begitu. Hehe

Setelah acara pembacaan semua tahlil,alquran selesai, ada satu acara yang paling kutunggu-tunggu,yaitu makan-makan. Mengenai makanan orang Arab , mereka kalau makan ukurannya tidak tanggung-tanggung ( maksudnya alngsung ukuran XL Jumbo,haha). Pertama yang keluar adalah Tajine daging kambing, berlanjut Ayam dan tentu buah-buahan yang warna-warni ( apel,pisang,jeruk,strawberry dll)

Tidak terasa waktu itu sudah menandakan pukul 23:30 GMT. Berarti saya tadi kelaparan lama juga ya , tapi tidak mengapa lah karena rasa lapar itu tertindas oleh asyiknya makan tahlil,surat alqur’an dll (baca : membaca). Dan memakan chubbakiya yang paling tidak bisa mengganjal perut yang tadinya di iming-imingi langsung makan besar diawal gak jadi. Alhasil semuanya alhamdulilah wasyukru lillah.


Akhir kata ,kita pulang dengan diantar sidi mustofa pakai mobilnya tanpa basa-basi . sekian. 

0 komentar:

Posting Komentar